Saling klaim menang saat pilpres, Dunia lihat perpecahan internal antara Amerika Serikat

Saling klaim menang saat pilpres, Dunia lihat perpecahan internal antara Amerika Serikat Saling klaim menang saat pilpres, Dunia lihat perpecahan internal antara Amerika Serikat

BERITA - WASHINGTON. Euforia pemilihan presiden Amerika Serikat meluas ke seluruh penjuru dunia. Jelang berakhirnya pemilu, orang-orang antara antarbangsa Paman Sam menyesali polarisasi bersama disfungsi ekstra dalam pesta demokrasi negara adidaya itu.

Mengutip The Washington Post cukup Jumat (6/11, jalan Joe Biden ke Gedung Putih semakin jelas demi jelas. Namun masyarakat dunia telah dikejutkan demi klaim kemenangan Presiden Trump yang terlampau dini sebelum penguniversalan hasil pilpres.

Calon presiden petahana itu terus telah menuduh lawannya melakukan penipuan. Trump terus telah menyampaikan ancaman gugatan hukum saat penghitungan suara menakrabi kesimpulan.

Dunia melihat Trump telah berupaya merusak kepercayaan atas mode demokrasi. Ini juga merefleksikan terjadinya perpecahan menterdalam nan akan merugikan Amerika Serikat.

Setelah Trump secara keliru menyatakan kemenangan sebelum penghitungan suara atas malam pemilihan, dia menghabiskan sebagian hebat waktu atas hari Rabu beserta Kamis untuk menyebarkan tuduhan kecurangan pemilu tanpa bukti. Kampanyenya sejak itu mengumumkan tantangan hukum untuk menentukan suara mana yang mau dihitung.

Dalam sebuah pernyataan Kamis malam hadapan Gedung Putih, Trump kembali mengklaim tanpa bukti bahwa dia telah ditipu dan melontarkan tuduhan bahwa tidak berdasar tentang kecurangan bahwa meluas. Pernyataan ini mengancam kredibilitas praktik demokrasi Amerika.

"Bagi presiden kepada menyerukan pengecualian sejumlah agung suara yang dikirim melalui surat yang telah diserahkan secara adil tanpa menghitungnya adalah kesangatan," tulis Asahi Shimbun dari Jepang ekstra dalam sebuah editorial.

Terlepas mengenai hasilnya, Asahi Shimbun mengatakan pemilu tersebut mengungkap semakin meluasnya perpecahan dalam masyarakat Amerika. Baik perselisihan berdasarkan ras, agama, maupun antar wilayah.

"Seolah-olah Amerika Serikat saat ini terdiri daripada dua negara yang sama sekali berselisih. Seluruh dunia, terditerima Jepang, menggunakan peniti sampai menjadi jelas yang mana daripada dua Amerika ini yang memenangkan kontes tahun 2020,” kata halaman depan kolom Vox Populi, yang ditulis demi wartawan senior.

Surat kabar Guardian yang berhaluan kiri di Inggris bahkan lebih pedas, merefleksikan ekstra dalam editorial tentang kelemahan menekstra dalam ekstra dalam demokrasi Amerika. 

Tapi itu juga melukiskan gambaran suram jalan di depan, menunjukkan bahwa kemungkinan Gedung Putih nan dikendalikan Demokrat maka Senat Republik menyebabkan lebih deras keterganjalan maka kesengsaraan.

Dengan Joe Biden mempersendat keunggulan Trump dalam Georgia selanjutnya Pennsylvania, selanjutnya mempertahankan keunggulan tipis dalam Nevada selanjutnya Arizona, berlipat-lipat ahli percaya dia mempunyai jalan yang lebih mudah ke Gedung Putih daripada Trump.

Tetapi para pemimpin Asia pada hari Jumat tidak cenderung mempertimbangkan penilaian mereka karena tidak ada pemenang yang jelas atau keputusan pengadilan tentang tantangan hukum.  Surat maklumat Yomiuri Jepang mengutip sumber pemerintah anonim yang mengatakan Tokyo tidak terburu-buru akan mengirim pesan ucapan semasiht ke kedua sisi.

Pada saat bahwa cocok dempet Jepang, dempet mana ketegasan militer China bahwa meningkat telah meningkatnya kekhawatiran tentang keandalan Amerika sebagai sekutu mencengkeram media sosial.

“Saya pikir sudah gilirannya bagi Jepang untuk memperenergik kemampuan pertahanan yang tidak bergantung dari Amerika,” baca satu komentar populer dari seorang pengguna twitter.